Belajar, Mengenal ilmu teknik sipil dan arsitektur

Metode uji slump di proyek saat pengecoran

Suriyanto




metode uji slump di proyek saat pengecoran. Uji slump adalah proses pengujian nilai runtuh/turun sampel adukan beton dari ketinggian kerucut terpancung. Nilai slump sangat berkaitan dengan mix desain beton yang menunjukkan tingkat workability. Pada saat perhitungan mix desain sudah ditentukan dari awal nilai slumpnya sehingga saat pengecoran di proyek pun harus di uji. Cara uji slump di proyek mempunyai metode yang sama dengan pengujian di lab. Pada artikel ini saya akan lebih banyak membahas tentang uji slump beton di proyek.
 
Dari sini memang saya lebih banyak mengupas tentang proyek di lapangan baik hal-hal kecil maupun prosedur-prosedur yang diluar teori. Khususnya untuk artikel ini akan membahas cara uji slump di proyek. Mengapa harus saya bahas? Tentu tidak ada maksud lain kecuali agar para calon engineer yang membaca artikel ini lebih maksimal dalam melakukan pengawasan di proyek kelak. Kesalahan-kesalahan di proyek khususnya uji slump yang sering terjadi saat ini semoga bisa diminimalisir di masa yang akan datang. peraturan uji slump di Indonesia mungkin saja berbeda dengan diluar negeri sana. Di Indonesia tentang cara uj slump mengacu pada SNI 1972-2008.


Uji slump merupakan pengujian yang wajib dilaksanakan sebelum pengecoran menggunakan ready mix. Hal ini berkaitan dengan kekentalan dan keenceran dari adukan beton. Slump rata-rata yang diminta di lapangan adalah 10+- 2 artinya 8-12 cm. Uji slump biasanya sudah disiapkan oleh teknisi dari ready mix. Sehingga bila anda menjadi pengawas atau site engineer harus diperhatikan benar-benar apakah nilai slump tersebut sudah layak untuk dicor atau belum. 
Uji slump di lapangan saat pengecoran mungkin berbeda dengan yang dilakukan di lab. Berikut kejadian-kejadian yang diluar prosedur saat pengecoran.
  1. Pengambilan adukan beton untuk uji slump dilakukan setelah truck mixer datang. Kemudian setelah diambil sampel, truck mixer ditambah dengan air tanpa ada kendali. Alasannya agar bisa dilontarkan oleh concrete pump dengan mudah (workability).
Sebenarnya pengambilan untuk uji slump tidak salah namun setelah diambil sampelnya truck mixer diberi air dengan jumlah banyak. Secara logika, apakah yang digunakan untuk pengecoran tersebut nilai slump nya sama dengan yang diambil sampel tadi? Bila kita mengacu prinsip mix design, semakin banyak air maka nilai fas semakin besar. Otomatis kandungan semen dalam adukan beton akan berkurang dan akan menurunkan mutu beton yang awalnya 35 Mpa bisa saja menjadi 20 Mpa. Berdasarkan pengalaman untuk membuktikan penambahan air saat pengecoran sangat berpengaruh maka bisa diambil sampel untuk uji tekan dengan cara core drill dan hammer test pada beton yang sudah mengeras. Jika hal itu tetap dibiarkan hasil uji slump tidak bisa mewakili beton yang dicor di lapangan karena akan berbeda.

Ada beberapa alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu
  1. Mengambil sampel adukan beton untuk uji slump yang keluar dari concrete pump bukan dari truck mixer. Hal ini dilakukan agar hasil uji slump sama dengan yang dicor di struktur. Selain itu agar tidak ada pembiaran terhadap penambahan air tanpa kendali. Bila anda mengambil adukan beton yang keluar dari concrete pump, otomatis uji slump tidak akan masuk sehingga pengecoran bisa dihentikan. 
  2. Jika alasan tukang ataupun operator concrete pump adalah terjadinya seting pada pipa-pipa maka solusinya adalah penambahan zat additive seperti viscocrete atau lainnya yang dapat menambah keenceran namun tidak mengurangi mutu beton. Dengan catatan nilai uji slump tidak lagi 10±2 cm melainkan 16-18 ± 2 cm.
Kejadian-kejadian dalam uji slump tersebut mungkin saja tidak terjadi di seluruh proyek di Indonesia namun tidak sedikit pula yang melakukan pembiaran penambahan air tanpa kendali. Lalu bagaimana cara uji slump di proyek? berikut poin-poin prosedur pengujian slump.
  1. Jika truck mixer dalam jumlah banyak sebaiknya di ambil acak untuk uji slump dan pengambilan sampel silinder yaitu kedatangan pertama, kedatangan pertengahan, dan kedatangan akhir. 
  2. Siapkan alat berupa kerucut terpancung (diemeter atas 10 cm, diameter bawah 30 cm, tinggi 30 cm), Batang besi diameter 10-16 mm panjang 50 cm, penggaris, dan papan triplek atau plat besi.
  3. Basahi kerucut terpancung tersebut dengan air. 
  4. Letakkan triplek atau plat besi pada tempat yang datar. 
  5. letakkan kerucut terpancung di atas triplek, kemudian adukan beton masukkan ke dalam kerucut dalam 3 lapis.
  6. Adukan beton dimasukkan sampai tinggi 1/3 kerucut lalu ditusuk menggunakan batang besi sebanyak 30 kali .Setelah itu masukkan lagi adukan beton sampai 2/3 bagian dan lakukan hal yang sama. 
  7. Adukan beton dimasukkan sampai penuh ke dalam kerucut terpancung dan ratakan permukaannya, Tunggu sekitar 30 detik.
  8. Angkat kerucut terpancung pelan-pelan tegak lurus ke atas. 
  9. Letakkan kerucut terpancung di samping adukan beton pada alas yang sama. 
  10. Letakkan batang besi secara horizontal pada atas kerucut terpancung yang melintas diatas adukan beton yang telah runtuh (seperti gambar di atas).
  11. Ukur dengan penggaris jarak antara batang besi dengan puncak adukan beton yang telah runtuh. Jika hasil 10 ±2 cm maka adukan beton siap digunakan untuk pengecoran. 
Cara uji slump beton di proyek perlu diperhatikan oleh seorang site engineer atau pun pengawas proyek. Hal ini berkaitan dengan dampak tingkat mutu beton. Pengawas sebaiknya menyaksikan dan mendokumentasikan saat uji slump. Hal ini dilakukan agar meminimalisir ingkat kesalahan.

0 komentar:

Post a Comment